A.
Judul
Percobaan : Titrasi Asam
Basa
B.
Tujuan
Percobaan :
1) Menentukan
konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat.
2) Menentukan
konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH.
C.
Kajian
Teori
A. Metode Titrimetri
Analisis volumetri atau titrimetri merupakan
suatu analisis berdasarkan pengukuran volume larutan dengan konsentrasi yang
diketahui, yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit (zat yang akan
ditentukan). Analisis volumetri atau titrimetri berdasarkan pada reaksi :
aA + tT ↔ Hasil
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t
molekul pereaksi T (titran).
Menurut M. Sodiq Ibnu, et. al. (2005),
jenis metode titrimetri didasarkan pada jenis reaksi kimia yang terlibat dalam
proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat
dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: asidi-alkalimetri, oksidimetri,
kompleksometri dan titrasi pengendapan.
1.
Asidi-alkalimetri didasarkan pada reaksi asam
basa atau prinsip netralisasi. Larutan analit yang berupa larutan asam
dititrasi dengan titran yang berupa larutan basa atau sebaliknya. Metode ini
cukup luas penggunaannya untuk penetapan kuantitas analit asam atau basa. Jika
HA mewakili asam dan BOH mewakili basa, maka reaksi antara analit dengan titran
dapat dirumuskan secara umum sebagai berikut :
HA + OH- à A- +
H2O (analit asam, titran basa)
BOH + H3O+ à B+ +
2H2O (analis basa, titran asam)
Titran umumnya berupa larutan standar asam kuat
atau basa kuat, misalnya larutan asam klorida (HCl) dan larutan natrium
hidroksida (NaOH).
2. Kompleksometri
didasarkan pada pembentukan kompleks stabil hasil reaksi antara analit dengan
titran. Misalnya reaksi antara Ag+ dan CN- yang
mengikuti persamaan reaksi :
Ag+ + 2CN- à
Reaksi antara Ag+ dengan CN- dikenal
sebagai metode Liebig untuk penetapan sianida. Reagen lain adalah EDTA (etilen
diamina tetraasetat) yang banyak digunakan sebagai pengompleks berbagai ion
logam melalui metode titrasi.
3. Oksidimetri
didasarkan pada reaksi oksidasi – reduksi antara analit dan titran. Analit yang
mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran yang berupa larutan standar
dari oksidator atau sebaliknya. Berbagai reaksi redoks dapat digunakan sebagai
dasar reaksi oksidimetri, misalnya penetapan ion besi(II) (Fe2+)
dalam analit dengan menggunakan titran larutan standar cesium(IV) (Ce4+)
yang mengikuti persamaan reaksi :
Fe2+ + Ce4+ à Fe3+ +
Ce3+
Oksidator lain yang banyak digunakan dalam
oksidimetri adalah kalium permanganat (KMnO4), misalnya pada
penetapan kadar ion besi(II) dalam suasana asam.
4. Titrasi pengendapan
didasarkan reaksi pengendapan analit oleh larutan standar titran yang mampu
secara spesifik mengendapkan analit. Metode ini banyak digunakan untuk
menetapkan kadar ion halogen dengan menggunakan pengendap Ag+, yang
reaksi umumnya dapat dinyatakan dengan persamaan :
Ag+ + X- à AgX(s) (X- =
Cl-, Br-, I-, SCN-)
Dalam titrasi juga perlu diperhatikan larutan
standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer yaitu
suatu zat yang sudah diketahui kemurniannya dengan pasti, konsentrasinya dapat
diketahui dengan pasti dan teliti berdasarkan berat zat yang dilarutkan.
Larutan standar sekunder adalah suatu zat yang tidak murni atau kemurniannya
tidak diketahui, konsentrasi larutannya hanya dapat diketahui dengan teliti melalui
proses standarisasi, standarisasi dilakukan dengan cara menitrasi larutan
tersebut dengan larutan standart primer. Serta faktor yang paling penting
adalah ketepatan dalam pemilihan indikator agar kesalahan titrasi yang terjadi
menjadi sekecil mungkin.
B. Indikator
Indikator asam-basa adalah zat yang berubah
warnanya atau membentuk fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH
tertentu. Indikator asam-basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari pH.
Zat-zat indikator dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan
perubahan warna yang kuat serta biasanya adalah zat organik. Perubahan warna
disebabkan oleh resonansi isomer elektron. Berbagai indikator mempunyai tetapan
ionisasi yang berbeda dan akibatnya indikator menunjukkan warna pada range pH
yang berbeda.
Tabel 1. menunjukkan daftar berbagai macam
indikator dengan jarak perubahan warna serta warna-warna yang terjadi pada
perubahan tersebut.
Indikator
|
Trayek pH
|
Warna
|
|
Asam
|
Basa
|
||
Kuning metal
|
2,4 – 4,0
|
Merah
|
Kuning
|
Biru bromfenol
|
3,0 – 4,6
|
Kuning
|
Biru
|
Jingga metal
|
3,1 – 4,4
|
Jingga
|
Metil
|
Hijau bromkresol
|
3,8 – 5,4
|
Kuning
|
Biru
|
Merah metal
|
4,2 – 6,3
|
Merah
|
Kuning
|
Ungu bromkresol
|
5,2 – 6,8
|
Kuning
|
Ungu
|
Biru bromtimol
|
6,1 – 7,6
|
Kuning
|
Biru
|
Merah fenol
|
6,8 – 8,4
|
Kuning
|
Merah
|
Merah kresol
|
7,2 – 8,8
|
Kuning
|
Merah
|
Biru timol
|
8,0 – 9,6
|
Kuning
|
Biru
|
Fenolftalein
|
8,2 – 10,0
|
Tak berwarna
|
Merah
|
Timolftalein
|
9,3 – 10,5
|
Tak berwarna
|
Biru
|
Menurut Achmad Mursyidi dan Abdul Rohman
(2008), selain indikator tunggal dalam asidi-alkalimetri juga digunakan
indikator campuran dengan tujuan untuk memberikan perubahan warna yang tajam pada
titik akhir titrasi. Beberapa contoh indikator campuran adalah :
1. Campuran merah netral
(0,1 % dalam etanol) dan biru metilen (0,1 % dalam etanol) yang sama banyak
memberikan perubahan warna yang tajam dari biru violet menjadi hijau ketika
beralih dari larutan asam menjadi larutan basa pada pH sekitar 7. Indikator ini
dapat digunakan untuk menitrasi asam asetat dengan larutan amonia atau
kebalikannya. Baik asam atau basa kekuatannya hampir sama akibatnya titik
ekivalen akan berada pada pH kira-kira 7.
2. Campuran antara 3
bagian fenolftalein (0,1 % larutan dalam etanol) dengan 1 bagian alfa
naftoftalein (0,1 % dalam etanol) memberikan perubahan warna yang tajam dari
merah muda ke ungu pada pH 8,9. Indikator ini baik untuk titrasi asam fosfat
dari tribasik menjadi dibasik yang mana titik ekivalennya terjadi pada pH 8,7.
3. Campuran dari 3
bagian biru timol (0,1 % larutan dari garam natriumnya) dengan 1 bagian kresol
merah (0,1 % larutan garam natriumnya) akan memberikan perubahan warna dari kuning
ke ungu pada pH 8,3. Indikator campuran ini baik untuk titrasi karbonat menjadi
bikarbonat.
C. Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi
netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam)
dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara
kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku
asam. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang
bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Dalam titrasi asam-basa, jumlah relatif asam
dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan oleh
perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-) yang bereaksi.
Untuk reaksi antara HCl dengan NaOH titik ekivalen tercapai pada perbandingan
mol 1:1 tetapi untuk reaksi antara H2SO4 dengan NaOH
diperlukan perbandingan mol 1:2 untuk mencapai titik ekivalen.
H2SO4 (aq) +
2NaOH (aq) à Na2SO4 (aq) +
2H2O (l)
Dalam titrasi asam-basa perubahan pH sangat
kecil hingga hampir tercapai titik ekivalen. Pada saat tercapai titik ekivalen,
penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang besai ini
seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator. Titik atau
kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator
dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi sering
disamakan dengan titik ekivalen, walaupun diantara keduanya masih ada selisih
yang relatif kecil. Semua masalah yang berkaitan dengan titrasi asam basa dapat
dipecahkan dengan konsep stoikiometri dan konsentrasi larutan yang dinyatakan
dengan mol, perbandingan mol, molaritas atau normalitas.
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu
secara cermat mengamati perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik
akhir titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi
perubahan warna dari indikator lihat Gambar 1.
Analit bersifat asam pH mula-mula rendah,
penambahan basa menyebabkan pH naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika
akan mencapai titik ekuivalen (pH = 7). Penambahan selanjutnya menyebakan
larutan kelebihan basa sehingga pH terus meningkat. Dari Gambar 1, juga
diperoleh informasi indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini
dengan kisaran pH pH 7 – 10 (Tabel 1).
Larutan baku asam yang sering digunakan dalam
asidi-alkalimetri umumnya dibuat dari asam klorida dan asam sulfat. Kedua asam
ini dapat digunakan pada hampir semua titrasi, akan tetapi asam klorida lebih
disukai daripasa asam sulfat terutama untuk senyawa-senyawa yang memberikan
endapan dengan asam sulfat seperti barium hidroksida. Asam sulfat lebih disukai
untuk titrasi menggunakan pemanasan karena kemungkinan terjadinya penguapan
pada pemanasan asam klorida yang dapat menimbulkan bahaya. Asam nitrat selalu
tidak digunakan karena mengandung asam nitrit yang dapat merusak beberapa indikator.
Untuk larutan baku alkali, umumnya digunakan
natrium hidroksida, kalium hidroksida dan barium hidroksida. Larutan-larutan
ini mudah menyerap karbon dioksida dari udara, oleh karena itu konsentrasinya
dapat berubah dengan cepat. Dengan demikian, maka larutan bali alkali dibuat
bebas karbonat dan untuk melindungi itu dari pengaruh karbon dioksida dari
udara maka penyimpanannya dilengkapi dengan “soda lime tube”. Semua
larutan baku alkali harus sering dibakukan ulang.
Menurut Indigo Morie (2008), ada dua cara umum
untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, yaitu :
1. Memakai pH meter
untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot
antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari
kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indikator
asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum proses titrasi dilakukan.
Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat
inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan
kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan dan sangat praktis.
Pemanfaatan teknik ini cukup luas, untuk
alkalimetri telah dipergunakan untuk menentukan kadar asam sitrat. Titrasi
dilakukan dengan melarutkan sampel sekitar 300 mg ke dalam 100 mL air. Titrasi
dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N dengan menggunakan indikator
phenolftalein. Titik akhir titrasi diketahui dari larutan tidak berwarna
berubah menjadi merah muda. Selain itu alkalimetri juga dipergunakan untuk
menganalisis asam salisilat.
D.
Rangkaian
Percobaan yang terdiri dari :
1) Alat
dan Bahan
a. Statif
dan Klem i.
Gelas ukur
b. Buret j.
NaOH 0,1 M
c. Labu
Erlenmeyer 250 mL k. C2H2O4
0,1 M
d. Corong l.
HCl 0,1 M
e. Pipet
gondok 25 mL m. Phenolphtalein
f. Pipet
tetes n.
Aquades
g. Botol
semprot o.
Ekstrak tumbuhan
h. Gelas
kimia 100 mL
2) Langkah-langkah
Percobaan
a.
Penentuan Konsentrasi larutan NaOH
dengan larutan C2H2O4.
|
b.
Penentuan Konsentrasi larutan HCl dengan
larutan NaOH.
|
c.
Penentuan Konsentrasi larutan HCl dengan
larutan NaOH dengan menggunakan indikator ekstrak tumbuhan.
|
|
|
|
|
F.
Analisa
Data
1.
Penentuan
konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
Pada percobaan yang pertama, kami menentukan konsentrasi
NaOH dengan larutan standar primer
asam oksalat. Kami menuangkan
larutan NaOH kedalam
buret sampai mencapai skala nol. Larutan
NaOH tidak berwarna. Kemudian kami memipet larutan asam oksalat sebanyak 10 mL
menggunakan pipet ukur 10 mL. Kami menggunakan pipet ukur karena ketelitian
dari pipet ukur lebih tinggi daripada menggunakan gelas ukur. Larutan asam
oksalat tersebut kemudian kami masukkan kedalam
Erlenmeyer, dan kemudian kami
menambahkan 4
tetes phenolphtalein. Larutan ini tidak
berwarna. Setelah itu, kami melakukan titrasi dengan
larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
2NaOH (aq) + C2H2O4
(aq) → Na2C2O4 (aq) + 2H2O (l)
Langkah-langkah tersebut diulang sebanyak 3 kali. Volume NaOH yang diperlukan untuk perubahan warna larutan menjadi merah muda adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah tersebut diulang sebanyak 3 kali. Volume NaOH yang diperlukan untuk perubahan warna larutan menjadi merah muda adalah sebagai berikut:
1.
V1 = 10,7 mL
2.
V2 = 10,6 mL
3.
V3 = 10,6 mL
Berdasarkan data tersebut, diperoleh hasil rata-rata konsentrasi NaOH adalah sebesar 0,094 N
2.
Penentuan
konsentrasi HCl dengan larutan NaOH.
Pada percobaan yang kedua, kami menentukan konsentrasi
HCl dengan NaOH. Sama seperti pada percobaan
yang pertama, kami menuangkan larutan NaOH kedalam buret sampai
mencapai skala nol. Larutan NaOH tersebut tidak berwarna.
Kemudian kami memipet larutan HCl sebanyak 10 mL menggunakan
pipet ukur 10 mL dan kemudian kami tuangkan dalam erlenmeyer
dan kami menambahkan 4 tetes fenolftalein.
Warna larutan ini (HCl dan PP) tidak
berwarna. Setelah itu kami
melakukan titrasi dengan larutan NaOH dengan sampai terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda. Reaksi dalam percobaan
ini adalah sebagai berikut:
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O
(l)
Langkah tersebut kami ulang sebanyak 3 kali. Volume NaOH yang diperlukan untuk membuat warna larutan berubah menjadi merah muda adalah sebagai berikut:
Langkah tersebut kami ulang sebanyak 3 kali. Volume NaOH yang diperlukan untuk membuat warna larutan berubah menjadi merah muda adalah sebagai berikut:
1.
V1 = 10,5 mL
2.
V2 = 10,6 mL
3.
V3 = 10,7 mL
Berdasarkan data tersebut, kami dapat menentukan konsentrasi rata-rata dari HCl yaitu sebesar 0,099 N
berdasarkan konsentrasi NaOH yang telah diketahui sebelumnya(percobaan satu)
yaitu 0,094 N.
3. Penentuan konsentrasi HCl dengan larutan NaOH dengan menggunakan indikator
ekstrak tumbuhan.
Pada percobaan
yang ketiga, kami menentukan konsentrasi HCl dengan NaOH, tetapi
pada percobaan ini kami
menggunakan ekstrak tumbuhan yaitu
kunyit sebagai indikator. Kami melakukan langkah yang
sama seperti dalam
percobaan kedua. Larutan NaOH
dimasukkan dalam buret dan 10 mL larutan HCl dimasukkan dalam erlenmeyer.
Larutan HCl dalam erlenmeyer tersebut kemudian ditambahkan dengan 6 tetes
ekstrak kunyit yang telah diekstrak menggunakan alkohol.Warna
HCl setelah ditambah dengan ekstrak kunyit
berubah dari tidak berwarna menjadi kuning.
Dan kemudian setelah kita melakukan titrasi pada
larutan ini, warna larutan menjadi
berwarba orange. Reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut:
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)
Volume NaOH yang diperlukan untuk mengubah warna HCl + ekstrak kunyit menjadi berwarba orange adalah :
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)
Volume NaOH yang diperlukan untuk mengubah warna HCl + ekstrak kunyit menjadi berwarba orange adalah :
1.
V1 = 10,7 mL
2.
V2 = 10,8 mL
3.
V3 = 10,8 mL
Berdasarkan perolehan
hasil data tersebut, kami dapat menentukan konsentrasi rata-rata dari HCl yaitu sebesar 0,100 N
dengan konsentrasi NaOH 0,094 N (percobaan pertama).
G.
Diskusi
Pada
percobaan yang pertama,
kami menggunakan C2H2O4
dan NaOH. C2H2O4 merupakan kategori
asam lemah, sedangkan NaOH termasuk dalam
basa kuat, sehingga berdasarkan teori, kurva titrasi asam lemah dan basa kuat:
Penambahan sedikit basa, maka akan membuat
pH larutan
akan naik sedikit, sehingga akan membentuk
larutan penyangga. Titik ekuivalen diperoleh pada pH
>7. Hal itu disebabkan karena garam yang terbentuk mengalami hidrolisis sebagian yang bersifat basa.
Berdasarkan percobaan kami, warna larutan C2H2O4
setelah ditambahkan oleh indikator
PP larutan tersebut tidak berwarna.
Itu karena C2H2O4 adalah basa lemah sehingga
PH nya di bawah 7. Kemudian pada volume tertentu dari penambahan larutan NaOH terjadi perubahan warna menjadi merah muda.
Tetapi setelah dikocok warna merah muda tersebut hilang. Ini berarti
bahwa dalam tahap ini titik ekivalen tercapai. Setelah kita menambahkan 10,7 mL NaOH pada titrasi pertama, 10,6 mL NaOH pada titrasi kedua dan 10,6 mL NaOH pada titrasi ketiga, warna larutan
berubah menjadi merah muda permanen. Ini berarti dalam tahap ini titik akhir titrasi tercapai. Perbedaan volume NaOH dari titrasi pertama sampai ketiga
karena kurang cermatnya dalam membaca
skala meniskus pada buret. Setelah kami mendapatkan volume
NaOH, kami dapat menentukan
konsentrasi dari larutan
NaOH. Untuk penentuan konsentrasi NaOH maka digunakan rumus persamaan
berikut:
N1V1 =
N2V2
Ket : N1 : Konsentrasi asam oksalat
V1 : Volume asam oksalat
N2 : Konsentrasi NaOH
V2 : Volume NaOH
Dengan menggunakan
persamaan tersebut,
konsentrasi NaOH adalah 0,094 N
Pada percobaan kedua, kami menggunakan HCl dan
NaOH. HCl adalah asam kuat, sementara NaOH adalah basa kuat, sehingga
berdasarkan teori, kurva asam kuat dan basa kuat titrasi
Kurva pertama menunjukkan asam kuat yang dititrasi dengan basa kuat. Ada kenaikan lambat awal di pH sampai reaksi mendekati titik di mana basa cukup ditambahkan untuk menetralkan semua asam . Titik ini disebut titik ekivalen. Untuk reaksi asam / basa kuat, ini terjadi pada pH = 7.
Berdasarkan
percobaan kami, kami menggunakan
PP sebagai indikator. Ketika kami
menambahkan HCl dengan indikator PP, warna larutan masih tidak berwarna. Hal itu karena HCl adalah
asam kuat sehingga pH berada di bawah 7. Kemudian, pada volume
tertentu saat penambahan
larutan NaOH mulai terjadi perubahan
warna menjadi merah muda. Tapi setelah dikocok
warna merah muda itu hilang. Ini
berarti bahwa dalam tahap ini titik
ekivalen tercapai, dan berdasarkan teori, pH larutan ketika kesetaraan dicapai
adalah 7. Setelah kita menambahkan 10,5
mL
NaOH pada titrasi pertama,
10,6 mL
NaOH pada titrasi
kedua dan 10,7
mL NaOH pada titrasi ketiga, warna
perubahan larutan
menjadi merah muda permanen. Ini berarti dalam tahap ini titik akhir tercapai.
Setelah kami
mendapatkan volume NaOH, kami
dapat menentukan konsentrasi HCl menggunakan konsentrasi NaOH yang telah kita ketahui sebelumnya (percobaan pertama). Sehingga kita menggunakan
persamaan berikut:
VHCl x N HCl = V x N NaOH.
VHCl x N HCl = V x N NaOH.
Menggunakan
persamaan di atas, konsentrasi HCl adalah 0,099
N.
Percobaan
ketiga adalah cukup sama dengan percobaan kedua, kita menggunakan HCl dan NaOH.
HCl adalah asam kuat, sementara NaOH adalah basa kuat, tapi kita menggunakan
ekstrak kunyit sebagai indikator.
Ekstrak kunyit memiliki fungsi yang
sama dengan PP, yang merupakan dasar untuk indikator. Warna ekstrak kunyit dalam larutan asam adalah kuning.
Berdasarkan
percobaan kami, warna larutan setelah kita menambahkan ekstrak kunyit adalah kuning.
Setelah kita menambahkan 10,7
mL NaOH pada titrasi pertama, 10,8 mL NaOH pada titrasi kedua dan ketiga,
warna perubahan larutan
menjadi orange. Pada saat titrasi kami mendapatkan kesulitan untuk
menentukan warna, karena warna larutan tidak kunjung berubah, oleh karena itu
untuk memperjelas perubahan warna maka kelompok kami menambah jumlah tetes
ekstrak kunyit yang ditambahkan yang sebelumnya 4 tetes menjadi 6 tetes.
Kami menggunakan persamaan yang sama untuk menentukan konsentrasi HCl dalam
percobaan ini. Jadi kita mendapatkan konsentrasi HCl, yaitu 0,100 N.
H.
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian kami, kami dapat menyimpulkan bahwa:
- Konsentrasi NaOH adalah 0,094 N
- Konsentrasi HCl menggunakan indikator phenolphtalein adalah 0,099 N
- Konsentrasi HCl menggunakan indikator ekstrak kunyit adalah 0,100 N
- Konsentrasi NaOH adalah 0,094 N
- Konsentrasi HCl menggunakan indikator phenolphtalein adalah 0,099 N
- Konsentrasi HCl menggunakan indikator ekstrak kunyit adalah 0,100 N
I.
Jawaban
Pertanyaan
1.
Mengapa pada titrasi
larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan indikator Phenolphtalein?
-
Karena NaOH bersifat
asam kuat dan asam oksalat merupakan asam lemah sehingga larutan hasil titrasi
yang akan didapat mempunyai pH diatas tujuh dan bersifat basa maka digunakan
indikator phenolptalein, selain itu indikator ini terletak pada titik ekuivalen
dan ukuran pH. Indikator in mempunyai rentang pH antara 8,2-10. Indikator phenolphtalein (PP) seperti di atas dalam keadaan
tidak terionisasi (dalam larutan asam) tidak akan berwarna (colorless) dan akan
berwarna merah keunguan dalam keadaan terionisasi (dalam larutan basa). Warna
yang akan teramati pada penentuan titik akhir titrasi adalah warna indikator
dalam keadaan transisinya. Untuk indikator phenolphtalein karena indikator ini
bertransisi dari tidak berwarna menjadi merah keunguan maka yang teramati untuk
titik akhir titrasi adalah warna merah muda.
2.
Apa perbedaan titik ekuivalen dengan
titik akhir?
-
Titik Ekuivalen adalah titik dimana
terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan
larutan standar. Sedangkan Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi
perubahan warna pada indikator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara
zat yang dianalisis dan larutan standar.
3.
Pada
larutan diatas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer, larutan baku
sekunder dan larutan baku tersier?
-
Larutan
standar primer dibuat
dengan melarutkan zat dengan kemurnian yang tinggi
(standar primer) yang diketahui dengan tepat beratnya dalam suatu larutan
yang diketahui dengan tepat volumnya. Pada percobaan diatas yang merupakan larutan baku primer adalah C2H2O4 asam oksalat .
(standar primer) yang diketahui dengan tepat beratnya dalam suatu larutan
yang diketahui dengan tepat volumnya. Pada percobaan diatas yang merupakan larutan baku primer adalah C2H2O4 asam oksalat .
-
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer. Pada percobaan diatas
yang merupakan larutan baku sekunder adalah NaOH.
-
Larutan
standar tersier adalah larutan yang konseentrasinya diperoleh dengan cara
menitrasi dengan larutan standar sekunder yang terlebih dahulu telah
distandarisasi dengan larutan standar primer. Pada percobaan diatas yang merupakan larutan baku tersier
adalah HCl.
J.
Daftar
Pustaka
Chadijah,
Sitti Chadijah, Wa Ode Rustiah dan Anna Handayani. 2012. Penuntun
Praktikum Kimia Analitik. Makassar: UIN Alauddin Makassar University
Press.
Ibnu,
M. Sodiq Ibnu, et al.. 2005.
Kimia Analitik I . Malang: Universitas Negeri Malang University
Press.
Khopkar,
S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia University Press.
Morie,
Indigo. 2008. Titrasi Asam Basa. belajarkimia.com. http://belajarkimia.com/2008/04/titrasi-asam-basa/.
(diakses pada tanggal 2 April 2013 pukul 19.00 WIB).
Mursyidi,
Achmad dan Abdul Rohman. 2008. Volumetri dan Gravimetri.
Yogyakarta: UGM-Press.
Wilyta,
Intan Wilyta. 2011. Asidimetri. scribd.com. http://www.scribd.com/doc/70246435/asidimetri. (diakses pada tanggal 2 April 2013 pukul 19.28
WIB).
Zulfikar. 2012. Titrasi Asam
Basa. chem-is-try.org-Situs Kimia
Indonesia. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-asam-basa/.
(diakses pada tanggal 2 April 2013 pukul 19.30 WIB ).
Surabaya,
Mengetahui Praktikan,
Dosen/
Asisten Pembimbing
(..............................................) (.............................................)
Lampiran
Perhitungan
1. Konsentrasi
Larutan NaOH dengan Larutan C2H2O4 :
§
N
NaOH x V NaOH = N C2H2O4 x V C2H2O4
N NaOH x
10,7 ml = 0,1 N x 10 ml
N NaOH
= 0,093 N
§
N
NaOH x V NaOH = N C2H2O4 x V C2H2O4
N NaOH x
10,6 ml = 0,1 N x 10 ml
N NaOH
= 0,094 N
§
N
NaOH x V NaOH = N C2H2O4 x V C2H2O4
N NaOH x
10,6 ml = 0,1 N x 10 ml
N NaOH
= 0,094 N
N rata-rata
= = = 0,094 N
2. Konsentrasi
Larutan HCl dengan Larutan NaOH (indikator PP) :
§ N
NaOH x V NaOH = N HCl x V HCl
0,094 x 10,5 ml = N HCl
x 10 ml
N HCl = 0,098 N
§ N
NaOH x V NaOH = N HCl x V HCl
0,094 x 10,6 ml = N HCl
x 10 ml
N HCl = 0,096 N
§ N
NaOH x V NaOH = N HCl x V HCl
0,094 x 10,7 ml = N HCl
x 10 ml
N HCl = 0,100 N
N rata-rata
= = = 0,099 N
3. Konsentrasi
Larutan HCl dengan Larutan NaOH (indikator alami) :
§ N
NaOH x V NaOH = N HCl x V HCl
0,094 x 10,7 ml = N HCl
x 10 ml
N HCl = 0,100 N
§ N
NaOH x V NaOH = N HCl x V HCl
0,094 x 10,8 ml = N HCl
x 10 ml
N HCl = 0,101 N
§ N
NaOH x V NaOH = N HCl x V HCl
0,094 x 10,8 ml = N HCl
x 10 ml
N HCl = 0,101 N
N rata-rata
= = = 0,100 N
Lampiran
Proses Titrasi (tangan kiri
mengontrol kran buret tempat keluarnya tetesan NaOH, sedangkan tangan kanan
terus mengocok labu erlenmeyer agar larutan bercampur hingga terjadi perubahan
warna)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar